Sungguh sebuah ujian yang sangat berat. Kisah Sumadi selama 36 Tahun tubuhnya dipenuhi benjolan. Semoga melalui kisah nyatanya yang menyayat ini akan ada dermawan yang dapat membantunya. Kita simak kisahnya bersama.
Sumadi tak pernah menyangka seluruh tubuhnya dipenuhi benjolan. Warga Nganjuk, Jawa Timur, ini hanya pasrah benjolan secara perlahan menutupi tubuhnya.
Di rumah sederhana Sumadi, warga Dusun Blimbing, Desa Banjaranyar, Kecamatan Tanjunganom, Nganjuk, menghabiskan waktunya. Kondisi tubuh yang penuh dengan bentolan membatasi ruang geraknya. Bukan hanya karena merasa sakit, tapi juga masyarakat enggan berhubungan dengannya.
Benjolan dengan ukuran bervariasi, mulai dari sebesar kelereng hingga sebesar bola sepak, terus tumbuh merata di sekujur tubuh. Benjolan itu muncul tidak pandang tempat, mulai kaki, tangan, perut, punggung, leher, bahkan kelapa.
Sumadi mengaku sangat menderita dengan penyakitnya ini. Namun dia tak bisa berbuat banyak karena upayanya mencari kesembuhan ke beberapa tempat belum membuahkan hasil.
Sumadi mengaku telah menderita sakit kulit ini sejak duduk di bangku kelas 4 SD atau saat usianya menginjak 10 tahun.
Awalnya dia mengaku mengalami demam tinggi, namun tanpa sebab jelas tiba-tiba muncul benjolan di beberapa bagian tubuhnya. Karena tidak mempunyai dana Sumadi tak berani berobat ke rumah sakit. Akibatnya lama kelamaan benjolan itu semakin membesar dan merata di sekujur tubuh.
Karena malu dengan ejekan teman-temannya, Sumadi kemudian memutuskan berhenti dari kelas 4 SD.
Bahkan hingga usianya menginjak 46 tahun, benjolan tumor di tubuh Sumadi semakin menggila, hampir mirip dengan manusia akar yang heboh di Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Sumadi mengaku tidak hanya menderita secara fisik, namun juga mental. Batinnya tertekan karena dia tidak bisa bekerja, tak bisa bersosialisasi dengan masyarakat, bahkan tak bisa menikah.
Pria 46 tahun ini mengaku pernah berobat ke RSUD Nganjuk menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun rumah sakit pemerintah tersebut menolak Sumadi tanpa alasan jelas.
Namun saat dikonfirmasi perihal penolakan tersebut, pihak RSUD Nganjuk membantahnya. Kasubag Humas RSUD Nganjuk, Gunadi mengatakan, Sumadi memang benar pernah berobat pada 8 Januari lalu.
Saat itu Sumadi sudah ditangani dokter rumah sakit dan diberi obat rawat jalan. Namun saat seharusnya dia kembali control, Sumadi tak kunjung datang hingga sekarang.
Di rumah sederhana Sumadi, warga Dusun Blimbing, Desa Banjaranyar, Kecamatan Tanjunganom, Nganjuk, menghabiskan waktunya. Kondisi tubuh yang penuh dengan bentolan membatasi ruang geraknya. Bukan hanya karena merasa sakit, tapi juga masyarakat enggan berhubungan dengannya.
Benjolan dengan ukuran bervariasi, mulai dari sebesar kelereng hingga sebesar bola sepak, terus tumbuh merata di sekujur tubuh. Benjolan itu muncul tidak pandang tempat, mulai kaki, tangan, perut, punggung, leher, bahkan kelapa.
Sumadi mengaku sangat menderita dengan penyakitnya ini. Namun dia tak bisa berbuat banyak karena upayanya mencari kesembuhan ke beberapa tempat belum membuahkan hasil.
Sumadi mengaku telah menderita sakit kulit ini sejak duduk di bangku kelas 4 SD atau saat usianya menginjak 10 tahun.
Awalnya dia mengaku mengalami demam tinggi, namun tanpa sebab jelas tiba-tiba muncul benjolan di beberapa bagian tubuhnya. Karena tidak mempunyai dana Sumadi tak berani berobat ke rumah sakit. Akibatnya lama kelamaan benjolan itu semakin membesar dan merata di sekujur tubuh.
Karena malu dengan ejekan teman-temannya, Sumadi kemudian memutuskan berhenti dari kelas 4 SD.
Bahkan hingga usianya menginjak 46 tahun, benjolan tumor di tubuh Sumadi semakin menggila, hampir mirip dengan manusia akar yang heboh di Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Sumadi mengaku tidak hanya menderita secara fisik, namun juga mental. Batinnya tertekan karena dia tidak bisa bekerja, tak bisa bersosialisasi dengan masyarakat, bahkan tak bisa menikah.
Pria 46 tahun ini mengaku pernah berobat ke RSUD Nganjuk menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun rumah sakit pemerintah tersebut menolak Sumadi tanpa alasan jelas.
Namun saat dikonfirmasi perihal penolakan tersebut, pihak RSUD Nganjuk membantahnya. Kasubag Humas RSUD Nganjuk, Gunadi mengatakan, Sumadi memang benar pernah berobat pada 8 Januari lalu.
Saat itu Sumadi sudah ditangani dokter rumah sakit dan diberi obat rawat jalan. Namun saat seharusnya dia kembali control, Sumadi tak kunjung datang hingga sekarang.
Mengingat kondisinya yang demikian, semestinya pihak rumah sakit sedikit menurunkan egonya kemudian mendatangi rumahnya. Sisi psikologis juga harus diperhatikan. Semoga cepat mendapat penanganan yang layak.