Menurut Bertrand Arthur, seorang filsuf Inggris dalam bukunya 'On Education' (1926), "No one gossips about other people's secret virtues," yang berarti, tidak ada satu pun gosip mengenai orang yang membicarakan kebaikan orang lain.
Hal yang paling mendasari kegiatan bergunjing adalah sifat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Meski bergunjing sangat dicela dalam agama, sebuah penelitian mengungkap bergosip atau bergunjing baik untuk manusia.
Seperti dilansir dari Daily Mail, penelitian yang dilakukan oleh peneliti asal Universitas Harvard ini menemukan bahwa otak menjadi 'panas' ketika bergunjing. "Gosip sangat penting dalam interaksi manusia. Ini adalah cara manusia belajar bersosialisasi tanpa harus mengalami sebuah pengalaman," ujar peneliti.
Gosip pun membantu manusia mengidentifikasi mana kawan mana lawan sehingga terlindung dari bahaya. Penelitian yang sama menemukan, seorang yang memiliki bahan untuk digunjingkan di sebuah pesta cenderung lebih populer. "Kami menggunakan gosip sebagai cara mengikat kebersamaan dari aspek siapa yang disukai dan siapa yang tidak," ujar Psikolog, Dr Linda Papadopoulos.
Faktanya, cara terbaik untuk membuat orang terikat adalah dengan memutuskan siapa yang mereka tidak sukai. "Seperti memiliki rahasia, kalian berdua tahu Anda melakukan sesuatu yang buruk, jadi kalian memiliki koneksi. Ini seperti bentuk persaudaraan," ia menambahkan.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, membuat bergunjing menjadi sesuatu yang awalnya diam-diam menjadi terang-terangan. Jejaring sosial semisal Facebook, twitter, atau melihat berita-berita gosip artis via media online, majalah,infotainment di televisi yang menyajikan gosip dapat disaksikan tiap saat.